Buhlul Al-Jawi merasakan dadanya berdebar keras. Terlebih-lebih menjelang malam pertama pengantin baru, semua buku-buku pernikahan yang telah dibaca seakan menghilang dari ingatannya. Dan ia belum menemukan ide cemerlang untuk bertindak sebagai suami dari seorang gadis shalihah yang telah disuntingnya dan suka menghafal Al-Qur’an.
Setelah menunaikan shalat isya’ berjamaah di masjid, Buhlul bergegas pulang. Ingatannya hanya tertuju kepada istri tercinta dengan sejuta gairah yang meluap. Namun, begitu tiba di kamar, ia dapati istrinya sedang asyik tadarus Al-Qur’an. Terdengar bacaannya merdu dan tartil. Buhlul mengucapkan salam. Salam itu dijawabnya dari kamar sang istri yang kemudian melanjutkan hafalannya.
Setiap kali Buhlul berdehem memberi isyarat, justru sang istri melanjutkan tadarusnya. Setelah beberapa kali mendapat tanggapan demikian, maka gairah Buhlul berubah menjadi gundah gulana. Ia tidak tahan lagi. Mungkin sudah banyak juz dari Al-Qur’an yang dibaca istrinya, namun mengapa belum berhenti juga. Ia lalu meninggalkan kamar tersebut dengan kesal menuju mushalla rumah.
Tak terasa olehnya, bacaan Al-Qur’an sang istri tercinta sudah tidak tidak terdengar lagi. Barangkali telah selesai. Dan benar, tidak lama kemudian dari balik pintu terdengar panggilan istri tercinta menyebut, ”Kang Buhlul, asalamu’alaikum!” Panggilan ini bagaikan cahaya berkilauan yang menyinari hati Buhlul yang tengah kesal yang telah menanti sekian jam di malam itu.
Buhlul pun segera ’membalas dendam’ dengan kejutan. Setiap sang istri memanggil namanya, ia bertakbir keras-keras. Sang Istri sangat bangga mendengar sahutan takbir dari balik kamar. Disangka oleh sang istri bahwa sahutan ’Allahu Akbar’ Kang Buhlul itu sebagai isyarat bahwa suaminya sedang khusyuk menunaikan shalat malam di malam bersejarah tersebut.
Sang istri berpikir, ”Alangkah hebatnya suamiku menegakkan qiyamul-lail, mungkin sudah banyak rekaat shalat yang dikerjakan. Tahajudnya mengalahkan acara malam pertama pengantinnya.” Setelah ditunggu-tunggu dan beberapa kali panggilan itu berulang dan dibalas dengan takbir, akhirnya sang istri memberanikan diri memasuki mushalla.
Ia melihat suaminya terbaring. Akhirnya, sang istri baru sadar bahwa suaminya membuat kejutan bersejarah di lubuk hatinya. Maka meledaklah tawa kebahagiaan mereka berdua di malam yang indah itu.
HATIKU DI MASJID - Admin
NB:
Sumber: Buku Dengan Ayat-ayat Cinta, Buhlul Al-Jawi ke Masjid, Kisah ke-12, Penerbit Masjid Press, Yogyakarta, 2009
exotic, apik, prophetic, siip
BalasHapussungguh menarik..
BalasHapus